Masalah kesehatan jiwa memiliki ruang lingkup yang luas antara lain masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas hidup. Jika kita ingin meningkatkan kualitas hidup, harus dimulai dari persiapan pra nikah, kehamilan, kelahiran, bayi, balita, anak, remaja dewasa sampai usia lanjut. Periode hamil, bersalin, nifas dan menyusui merupakan bagian dari daur hidup yang membutuhkan perhatian khusus dalam bidang kesehatan termasuk dalam kesehatan jiwa. Periode tersebut memilki pengaruh yang sangat besar pada peretumbuhan dan perkembangan manusia.
Seorang wanita yang mengalami kehamilan pada saat yang sudah ditentukan akan mengalami proses kelahiran. Kelahiran bayi merupakan keadaan yang menggembirakan sekaligus mencemaskan bagi seorang perempuan. Proses kelahiran merupakan keadaan yang melelahkan secara fisik dan mental emosional sehingga masa setelah kelahiran (post partum) dapat berdampak bagi kesehatan jiwa seorang wanita. Berdasarkan beberapa penelitian terbukti bahwa 70-80% wanita pasca persalinan mengalami episode depresi ringan yang disebut “ Baby blues “ dan 10–16 % orang wanita pasca persalinan mengalami depresi sedang, berat sampai psikosis.
Masalah kesehatan jiwa ibu hamil, bersalin, nifas dan menyusui mempunyai efek yang bermakna terhadap tumbuh kembang anak khususnya kognitif dan emosi anak. Karena kesehatan jiwa ibu hamil, bersalin, nifas dan menyusui sangat perlu diperhatikan. Berbagai masalah mental emosional yang dialami ibu hamil dan nifas akan berpengaruh terhadap janin serta perlakuan ibu terhadap bayi yang dilahirkan terutama pada saat menyusui dan pengasuhan anaknya.
Keberadaan janin dalam kandungan ibu merupakan bagian dari perubahan selama kehamilan. Di awal kehamilan membesarnya uterus akan menekan kandung kemih sehingga biasanya ibu hamil lebih sering kencing dari sebelumnya. Kulit juga mengalami perubahan selama kehamilan.
Kehamilan mengakibatkan peningkatan kadar progesteron yang berpengaruh terhadap gigi yang disebabkan karena gusi menjadi lunak dan mudah mengalami infeksi. Persendian menjadi lebih kaku yang disebabkan karena perubahan hormon dapat melemahkan ligamen pengikatnya sehingga sendi-sendi menjadi lebih teregang dan sakit terutama pada punggung bawah, kaki dan tungkai.
Selama kehamilan jantung harus bekerja lebih keras untuk mendorong darah sampai ke uterus dan plasenta, banyaknya aliran darah ke payudara, ginjal, kulit dan gusi juga meningkat. Paru-paru juga harus bekerja lebih berat selama kehamilan agar semua peningkatan darah yang terjadi dapat dipenuhi oksigen. Karena semakin membesarnya uterus, bertambahnya berat bayi dan air ketuban juga menekan paru-paru sehingga menyebabkan sesak nafas. Demikian juga ginjal bekerja lebih berat karena harus menyaring 50% lebih banyak darah dari sebelumnya, yang mengakibatkan lebih banyak cairan yang harus dikeluarkan melalui air seni.
Dalam awal-awal bulan kehamilan ibu mengalami rasa cepat lelah, mengantuk, sering kencing, mual, muntah, adanya rasa panas, sulit buang air besar, susah makan atau menjadi lebih berselera, payudara berubah membesar dan lebih keras. Perubahan tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa ibu. Kehamilan dan kelahiran bayi, nifas dan menyusui pada umumnya memberikan arti emosional yang sangat besar pada ibu yang dapat menjadi pencetus timbulnya kecenderungan-kecenderungan psikologis dan munculnya ciri-ciri yang bisa ditandai dengan adanya masalah kesehatan jiwa pada ibu. Kehamilan dianggap mengandung resiko kematian, terutama pada saat melahirkan sehingga ibu merasa cemas, takut dan khawatir.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan ibu hamil antara lain :
- Ngidam : secara fisik merupakan sinyal terhadap tubuh untuk memberi asupan tertentu bagi pertumbuhan janin, namun secara psikis merupakan keinginan ibu untuk mendapatkan perhatian ekstra dari suami dan lingkungan.
- Mual di pagi hari (morning sickness) : kondisi ini menyebabkan ibu hamil menjadi uring-uringan, sensitif, tidak bersemangat dan mudah marah.
- Adanya mitos dalam masyarakat : menyebabkan ibu hamil mengembangkan reaksi kecemasan terhadap cerita yang didengarnya, kepercayaan terhadap mitos dapat mengganggu emosi ibu, yang dapat menjadi sumber kecemasan ibu hamil.
- Jenis kelamin anak : keinginan memilki anak dengan jenis kelamin tertentu dapat mencemaskan ibu, apabila ternyata jenis kelamin anak berbeda dari yang diharapkan. Karena kecewa dapat mempengaruhi terhadap sikap mereka kepada anak, mungkin akan menghilang dengan berjalannya waktu.
- Orang – orang di sekitar ibu hamil : sikap orang-orang terdekat di lingkungannya sangat berarti bagi ibu hamil. Berikut ini kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi keseharan jiwa ibu hamil :
- Perlakuan terhadap ibu hamil, termasuk komentar dan anjuran serta larangan, dapat mempengaruhi konsisi kejiwaan.
- Sikap lingkungan sekitar, terutama yang memilki arti emosional bagi ibu hamil terhadap kehadiran bayi yang sedang dikandung (menerima, menolak atau tidak menginginkan), bisa mengakibatkan tekanan atau stres, dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan keguguran.
- Kondisi perkawinan dan hubungan dengan suami akan dapat menentukan sikap ibu terhadap kehamilannya (memperhatikan, tidak peduli, acuh).
- Kecemasan :
- Mencemaskan perubahan fisik selama kehamilan
- Cemas akan keguguran
- Cemas terhadap perkembangan bayi dalam rahim
- Merasa terganggu karena kegiatannya seolah terganggu
- Merasa belum siap menjadi ibu.
- Cemas akan kemampuan untuk perawatan dan pendidikan anak
- Cemas akan kematian bayi.
- Cemas akan kelahiran bayinya cacat (fisik atau mental)
- Stress :
Kondisi mental ibu dalam masa kehamilan penting diperhatikan karena akan mempengaruhi perilaku ibu. Kecenderungan makan berlebihan untuk mengatasi stres dapat berdampak terhadap pertambahan berat badan yang nantinya dapat menyulitkan persalinan. Sebaliknya tidak berselera makan dan tidak peduli pada janin akan menyebabkan gangguan pertumbuhan bayi dan kondisi mental bayi. Ibu harus memahami pengaruh sikapnya terhadap kesehatan diri dan kesehatan bayinya
Sikap mental pasangan suami isteri dalam menyambut kehadiran anak dan menjalankan peran mereka sebagai ayah dan ibu, akan sangat menentukan kesehatan anak secara fisik, mental, dan sosial. Perencanaan kelahiran anak penting dibicarakan bersama oleh suami isteri. Kehamilan yang tidak diinginkan akan mempengaruhi kondisi mental ibu pada saat hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui. Kehadiran anak sebaiknya diterima sebagai anugrah dalam sikap yang bertanggung jawab. Saat kelahiran anak, jumlah anak yang diinginkan dengan dukungan kontrasepsi bisa direncankan sesuai dengan kondisi dan situasi orang tua (meskipun kehendak Tuhan tak dapat diabaikan), bagaimana keadaan ekonomi keluarga, mampukah menanggung beban dalam hal biaya kehidupan yang akan ditanggung dengan adanya anak. Perubahan kondisi fisik menjelang kelahiran bayi dan perasaan yang ditimbulkannya, seperti mudah lelah, tidak nyaman, tidak bisa tidur nyenyak, merasa sesak, harus dipahami sebagai bagian dari pengalaman dalam menjalani kehamilan. Pemahaman tersebut diperlukan ibu agar tidak merasa cemas, tegang, ketakutan atau mengalami konflik yang dapat merugikan dirinya dan pertumbuhan bayinya.
Dalam minggu-minggu terakhir kehamilan, ibu dapat mengalami konflik yang berhubungan dengan perasaannya terhadap bayi yang dikandungnya. Di satu sisi ibu ingin mempertahankan janinnya tetap di dalam kandungan karena merasa lebih nyaman, dan di sisi lain ibu ingin cepat mengeluarkan bayinya secepatnya. Konflik ini dapat menimbulkan kecamuk perasaan dalam menghadapi persalinan. Ada atau tidaknya kecamuk perasaan ini harus diperhatikan oleh petuigas kesehatan yang membantu perawatan kehamilan dan adanya dukungan keluarga..
Secara ringkas faktor-faktor yang dapat menciptakan suasana atau kondisi untuk mencapai kehamilan yang sehat adalah menjaga kesehatan fisik, kesehatan jiwa dan menciptakan kondisi lingkungan yang menguntungkan dan menyenangkan, khususnya kondisi perkawinan, ekonomi dan hubungan sosial dan budaya.
Artikel Terkait:

0 komentar:
Posting Komentar